
Harga Bitcoin (BTC) kembali mengalami koreksi signifikan dalam beberapa hari terakhir. Setelah sempat menembus level tertinggi di atas $125.000 per koin, kini BTC terkoreksi ke kisaran $110.000–$115.000.
Penurunan ini membuat banyak investor dan trader kripto bertanya-tanya: apa penyebabnya, dan apakah ini saat yang tepat untuk membeli atau justru menunggu dulu?
Penyebab Utama Turunnya Harga Bitcoin
Ada beberapa faktor yang memicu turunnya harga Bitcoin secara signifikan, baik dari sisi eksternal maupun internal pasar kripto.
1. Perang Dagang Trump dan China: Pemicu Runtuhnya Harga Bitcoin?
Bitcoin, aset digital yang sering dianggap sebagai “safe haven” atau pelindung nilai, ternyata tidak kebal dari gejolak politik dan ekonomi global. Salah satu periode yang dengan jelas menggambarkan kerentanan ini adalah era Perang Dagang antara Amerika Serikat dan China yang dipicu oleh Presiden AS kala itu, Donald Trump. Lalu, bagaimana mungkin konflik dua negara raksasa ini bisa menyebabkan harga Bitcoin turun?
- Saluran Whatsapp : BelajarTrading PPI
- Channel Telegram : Belajar Trading PPI
2. Dari Twitter Trump hingga Guncangan Pasar
Perang dagang dimulai pada 2018 ketika Trump memberlakukan tarif impor terhadap miliaran dolar barang China, dengan alasan praktik perdagangan yang tidak adil. China membalas dengan tarif yang setara. Setiap kali perkembangan baru muncul—entah itu ancaman tarif baru atau pembicaraan damai—Trump seringkali mengumumkannya melalui akun Twitter-nya.
Awalnya, pasar tradisional (saham, obligasi, dan komoditas) bereaksi dengan volatil. Ketika ketegangan memanas, indeks saham global seringkali terjun bebas. Di sinilah hubungannya dengan Bitcoin mulai terlihat.
Mekanisme yang Menghantam Harga Bitcoin
Berikut adalah beberapa alasan mengapa Perang Dagang Trump-China justru menjadi badai yang mendorong Bitcoin turun, alih-alih menguat:
1. Likuifikasi Massal (Mass Liquidation): “Cash is King”
Ketika ketidakpastian melanda pasar global, investor institusional dan ritel memasuki mode risk-off. Mereka menjual aset yang dianggap berisiko tinggi untuk mengamankan modal dalam bentuk cash (uang tunai) atau aset yang sangat likuid seperti obligasi pemerintah AS. Pada saat itu, Bitcoin masih dikategorikan sebagai high-risk asset. Akibatnya, ketika pasar saham jatuh, banyak investor yang turut melepas Bitcoin mereka untuk menutupi kerugian di pasar tradisional atau sekadar menumpuk kas. Prinsip “Cash is King” mendominasi sentimen pasar.
2. Dolar AS Menguat (Strengthening US Dollar)
Perang dagang justru seringkali menyebabkan penguatan nilai Dolar AS (USD). Investor mencari tempat yang aman, dan USD masih menjadi pilihan utama dunia. Karena Bitcoin umumnya diperdagangkan terhadap USD (pasangan BTC/USD), penguatan dolar membuat Bitcoin secara relatif menjadi lebih mahan bagi pemegang mata uang lain, yang mengurangi permintaan dan memberi tekanan jual.
3. Ketidakstabilan Mengurangi Minat Spekulatif
Pasar yang tidak stabil dan penuh ketidakpastian kebijakan membuat investor spekulatif—yang merupakan bagian besar dari pemegang Bitcoin kala itu—menjadi takut. Mereka lebih memilih untuk keluar dari pasar dan menunggu sampai kondisi politik dan ekonomi lebih jelas. Hilangnya minat spekulatif ini secara signifikan mengurangi volume perdagangan dan permintaan untuk Bitcoin.
Dampak pada Ekonomi China
Sebagai pusat pertambangan (mining) dan perdagangan Bitcoin terbesar pada era tersebut, guncangan ekonomi di China memiliki efek domino. Ketika perang dagang memperlambat ekonomi China, hal itu berdampak pada likuiditas dan minat investor serta miner di China terhadap aset kripto. Pelemahan Yuan China juga mempengaruhi dinamika perdagangan Bitcoin secara global.
Apakah Bitcoin Gagal Sebagai Safe Haven?
Periode Perang Dagang ini menjadi ujian awal bagi narasi Bitcoin sebagai “emas digital” atau safe haven. Pada kenyataannya, Bitcoin justru bergerak searah dengan pasar saham untuk sementara. Hal ini menunjukkan bahwa pada tahap perkembangannya saat itu, Bitcoin masih dilihat sebagai aset spekulatif berisiko tinggi, bukan sebagai pelindung nilai. Baru pada krisis-krisis berikutnya (seperti masa pandemi), narasi safe haven Bitcoin mulai diuji kembali dengan hasil yang lebih beragam.
Kesimpulan
Penyebab turunnya Bitcoin memang multifaktor, tetapi Perang Dagang Trump-China berperan sebagai pemicu sentimen dan katalis likuidasi yang sangat powerful. Peristiwa ini mengajarkan pada dunia kripto bahwa di era yang saling terhubung, tidak ada aset yang benar-benar terisolasi. Kebijakan politik dari kekuatan ekonomi dunia, seperti yang diwakili oleh tweet Donald Trump, dapat dengan mudah merambat dan mengguncang fondasi pasar aset digital yang masih muda.
Ini membuktikan bahwa memahami makroekonomi global sama pentingnya dengan memahami teknologi blockchain jika seseorang ingin sukses berinvestasi di ruang kripto.
Tunggu apalagi, ayo bergabunglah sekarang bersama kami PT. Pelatihan Profit Internasional hubungi:


Syarat dan ketentuan berlaku
Jika anda menyukai informasi dari artikel ini dan mau tahu informasi seputar edukasi trading lainnya? Kami siap memberikan edukasi yang sangat informatif. Mau tahu caranya ?
Temukan kami di Channel Sosial Media lainnya:
link:
- Website : https://www.ptppi.id
- Telegram : https://t.me/NewsUpdatePPI
- Instagram : ptppi_official
- Youtube : Pelatihan Profit Internasional
- Tiktok : @ptppi_official
Dapatkan informasi seputar edukasi trading gratis lainnya dengan cara klik link di atas:
- Untuk konsultasi online gratis
- Untuk berlangganan Signal Forex, Signal Commodity dan Signal Saham
- Registrasi dan jadwal edukasi rutin
- Whatsapp 0817-7234-5888
- Hunting 021-5964-5999 / 021-5964-5888
Jika anda tetap mau menerima update dari kami mengenai promosi, jadwal edukasi dan berita penting lain, klik link Telegram ini https://t.me/NewsUpdatePPI dan untuk Anda yang ingin belajar seputar trading bisa ikuti saluran Whatsapp Belajar Trading PPI. Disini kami memberikan INFORMASI SEPUTAR TRADING LENGKAP GRATIS SETIAP HARI LHO!